Endang Handayaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Asa ( 11 )
Tantangan 30 hari menulis

Menggapai Asa ( 11 )

Tantangan Hari ke ( 18 )

 

 

Tantangan Menulis Hari ke 18

 

 

Menggapai Asa ( 11 )

 

 

Aku tidak pernah merasa sakit hati kepada ibu bapak guru. Yang sering kali marah kepadaku. Aku merasa bersalah. Meskipun kesalahanku, tidak aku sengaja. Semua itu terjadi karena keadaan.

 

Sebenarnya aku sudah berusaha, untuk tidak terlambat. Tapi selalu gagal.

Aku bangun selalu pagi. Kadang adik kecilku yang rewel. Maklum masih usia empat tahun. Kalau adikku rewel, gorengan ibuku juga terlambat selesainya.

 

Gorengan ibuku, tidak mungkin kutinggal. Kasihan ibuku, kalau harus mengantar ke pasar. Pasti terlambar masuk kerja, dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.

 

Biarlah aku yang mengalah, terlambat sampai sekolah. Asal semuanya dapat berjalan dengan lancar. Biarlah setiap hari aku ditegur, ibu dan bapak guru atas keterlambatanku. Yang penting aku tidak melawan. Dan aku tidak terlambat mengikuti pelajaran.

 

Semuanya aku jalani dengan sabar. Supaya aku dapat sekolah dan membantu ibuku.

Kasihan sekali melihatnya, bekerja siang malam. Untuk anak anaknya. Aku ingin sekali dapat membahagiakan ibuku, nantinya. Ingin memperbaiki nasibku, nasib keluargaku.

 

Kadang aku tak mampu menahan air mata. Karena terlalu sering dikatakan anak pemalas. Selalu terlambat datang ke sekolah. Bagaimanapun aku masih anak anak, masih duduk di kelas lima sekolah dasar. 

 

Aku juga ingin disayang, dan diperhatikan. Tidak hanya dimarahi. Ingin didengar alasanku, mengapa terlambat.

Tapi tidak apalah. Semuanya itu, menjadi pendorong dan semangatku belajar. Memang nasib orang tidak sama.

Sering aku menangis, kalau ingat ayahku. Terutama setiap lewat perempatan. Tempat ayahku kecelakaan.

 

Mungkin karena kesabaranku, dan karena anugerah Nya. Guru kelas lima pensiun, dan ada guru baru. Yang diberi tugas mengajar kelas lima. Ibu Naning, namanya. Orangnya cantik dan sabar. Murah senyum. Penuh perhatian terhadap muridnya. Termasuk kepadaku.

 

Melihat aku datang terlambat, tidak pernah marah. Selalu tersenyum ramah. Dalam setiap kesempatan, mendekatiku. Menanyakan, mengapa datang terlambat. Hatiku merasa senang, dengan perhatian dan kesabarannya.

 

Tidak hanya aku yang merasa senang. Mendapat guru baru, Bu Naning. Semua temanku kelas lima, juga merasa senang. Sabar tapi disiplin. Cara mengajarnya enak. Mudah dimengerti, kalau ada siswa yang kurang mengerti. Didekati dan dibimbingnya satu persatu, sampai mengerti.

 

Kami semua merasa mendapatkan seorang ibu, bukan hanya seorang guru. Yang hanya mengajar, dan memberikan ilmu. Tapi juga memberikan bimbingan, seperti ibu di rumah yang penuh kasih sayang.

 

Dengan Bu Naning, aku merasa nyaman. Sebelumnya merasa malu, tidak berani cerita. Karena Bu Naning, selau berusaha mendekatiku. Bertanya denga lembut tentang keadaanku. Akhirnya aku berani bercerita. Tentang semua keadaanku.

 

Di rumah aku juga bercerita kepada ibuku. Tentang Bu Naning. Disaat ibuku selesai mendongeng untuk kami bertiga, anak anaknya. Aku bercerita, ketika adik adikku sudah tidur. Tentang Bu Naning yang mengajar kelas lima, sangat baik dan sabar.

 

    * * * * * * * * * *

 

(  Bersambung. )

 

Nganjuk, 2 Juni 2020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih...Ibu/ Bapak Admin acc nya.Semoga Berkah Melimpah, amiiin.

03 Jun
Balas



search

New Post